Ibadah ke Baitullah Tak Perlu Menunggu Kaya

Berangkat ibadah ke Baitullah menjadi idaman bagi umat muslim. Untuk bisa berangkat Haji atau Umroh tak harus menunggu kaya, namun merencanakan keuangan untuk biaya ibadah secara matang dapat mewujudkan impian tersebut. Hal tersebut diungkapkan Purwanto Waluyo, Konsultan Ekonomi dalam Seminar Perencanaan Keuangan Ibadah, Selangkah Lebih Mudah Menuju Baitullah” di gedung pertemuan Kartika, Gubug, Minggu (17/2).
“Berangkat Haji atau umroh itu modal awalnya niat yang kuat. Namun niat tanpa usaha dan doa juga mustahil terwujud. Untuk itu, perlu juga kesungguhan dalam merencanakannya. Karena yang terpanggil ke Baitullah juga tidak semuanya berduit/kaya, tapi juga orang yang bersungguh-sungguh merencanakan keuangan ibadah secara matang,” jelasnya.
Untuk pengelolaan keuangan ibadah, menurutnya kita harus memastikan apakah keuangan kita sudah bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dan mampu melakukan pengelolaan risiko individu, missal terdaftar asuransi kesehatan BPJS untuk mengcover kesehatan. Jika itu sudah terpenuhi, tentunya dengan niat kuat beribadah kita bisa mulai merencanakan pembiayaan haji atau umroh.
“Ada tiga sumber biaya yang bisa direncanakan, yaitu membayar tunai, menabung atau dana pinjaman. Namun sebelumnya kita juga harus tahu berapa biaya yang dibutuhkan. Sehingga perencanaan pembiayaan bisa matang,” jelasnya.
Perkirakan biaya haji yang dibutuhkan tahun 2019 diperkiran 2.675 US Dollar sedang standar pelayanan minimal umroh Rp 20 juta. Itu pun baru biaya pokok, belum biaya yang lain, seperti biaya hidup disana, oleh-oleh mau pun biaya pengajian.
Jika memang memiliki uang tunai untuk pembiayaan, tentunya ini tidak menjadi masalah, namun jika belum ada biaya makan perencanaan biaya ibadah harus diatur.
Dengan menabung untuk mendapat daftar tunggu haji, minimal harus ada dana Rp 25 juta sehingga jika menyisihkan uang untuk ditabung Rp 1 juta sebulan, butuh waktu 25 bulan baru mendapatkan daftar tunggu haji. Padahal daftar tunggu keberangkatan haji kini mencapai 24 tahun.
“Jika menabung Rp 1 juta per bulan, kita butuh dua tahun untuk bisa mendaftar haji. Belum nanti berangkatnya 24 tahun lagi. Tentunya waktu yang lama untuk mewujudkan. Sekarang perencanaan bisa dibalik dengan pinjaman. Kita menabung sekarang, mendapat pinjaman Rp 25 juta dan bisa langsung mendaftar untuk keberangkatan 24 tahun lagi. Ini akan memangkas waktu tunggu dua tahun,” jelasnya.
Jika menginginkan berangkat umroh, tentunya perencanaannya akan lebih mudah dengan menabung dan ada dana talangan untuk pembiayaan umroh agar segera diberangkatkan.
Purwanto kemudian memberikan penegasan jika memilih menabung atau ambil pinjaman, agar segera menyiapkan dana pelunasan dan biaya lainnya. “Tempatkan dana rencana haji atau umroh dalam instrument yang tepat. Miliki komitmen sejak awal dan wujudkan ibadah haji dan umroh anda. Allah tidak memanggil orang yang mampu, tetapi Allah memampukan orang yang terpanggil. Maka dari itu, rencanakan ibadah ke Baitullah dari sekarang,” ujarnya.
Sementara itu Direktur Utama BPR Jateng, Budiman Wijaya yang menyelenggarakan seminar tersebut mengatakan bahwa kegiatan tersebut digelar sebagai bentuk kepedulian kepada warga Gubug untuk memahami tentang perencanaan keuangan untuk ibadah Haji/ Umroh yang tepat.
“Kami ingin berbagi pengetahuan kepada warga Gubung dan memberikan semangat kepada mereka bahwa impian ibadah Haji dan umroh itu bisa diwujudkan oleh siapa pun, asal mengetahui strategi perencanaannya. Dengan membudayakan menabung di kalangan masyarakat juga akan mempermudah mewujudkan impian mereka dalam beribadah,” jelasnya, didampingi Kepala Cabang BPR Jateng Gubug Gunawan Hadi Pamungkas.
Dalam kegiatan yang diikuti sekitar 700 orang warga Gubug tersebut kemudian ditutup dengan tausyiah dari KH Mahyan Ahmad yang menjelaskan pentingnya niat dan perencanaan ibadah haji dan umroh bagi umat Islam. suaramerdeka.com
1 Likes